Senin, 15 Mei 2017



PEMANFAATAN SIG UNTUK PENCEGAHAN BENCANA LONGSOR
SISTEM APLIKASI PENDETEKSI KEADAAN TANAH
“SOIL DETECTION”

A.   Pengertian
Sistem Informasi Geografis menurut pandangan saya pribadi berdasarkan beberapa literatur yang telah saya baca adalah suatu sistem yang memberikan informasi kepada masyarakat mengenai data yang berdimensi lokasi dan keruangan. Sistem ini dapat menyimpan dan mengelola berbagai informasi geografis yang dikumpulkan atau dikelompokkan dalam data base. Tentunya untuk menunjang suatu sistem ada beberapa komponen yang mendukung. Begitu pula dengan SIG (Sistem Informasi Geografis). Komponen pendukung SIG antara lan :
  • ·         Perangkat keras ( hardware) merupakan perangkat dari sitem komputer untuk kegiatan alasisis geografis.
  • ·         Perangkat Lunak (software) merupakan perangkat yang digunakan untuk mengolah data geografis seperti untuk melakukan penyimpanan data, analisa data.
  • ·         Data. Terdapat dua jenis data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). Yaitu antara lain data spasial dan data non spasial. Data spasial merupakan kelompok data yang menggambarkan secara nyata suatu wilayah seperti peta dan gambar. Sedangkan data non spasial merupakan data yang berbentuk tabel yang isinya informasi yang dimiliki obyek dalam data spasial.
  • ·         Manusia merupakan perencana dan pengguna Sistem Informasi Geografis (SIG). Apabila tidak ada manusia, maka sistem ini tidak akan berjalan. Oleh karena itu manusia merupakan elemen yang paling utama.
  • ·         Metode. Berbagai metode dapat digunakan dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) tergantung dari kebutuhan data yang diinginkan.
Remote Sensing
Terdapat bermacam-macam bentuk pengaplikasian sistem informasi geografis ini. Salah satu diantaranya adalah ”Remote Sensing” atau ”Penginderaan Jauh”. Berikut merupakan beberapa pengertian Remote Sensing atau Penginderaan Jauh dari ahli Sistem Informasi Geografis (SIG) :
Penginderaan Jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1998)

Dengan adanya remote sensing atau penginderaan jauh ini sangat membantu untuk pembuatan aplikasi “ soil detection “ yang saya idekan secara pribadi. Dengan begitu, manusia tidak harus melihat lingkungan secara langsung ataupun terjun ke lahan atau lokasi, melainkan bisa dipantau di rumah melalui informasi yang dapat dikirimkan melalui smartphone yang disambungkan dengan aplikasi “ soil detection “ ini.
            Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan asset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses pembuatan keputusan.
Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan Basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi, proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko dengan potensi bahayanya, proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, untuk mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan, langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika bencana menyerang. Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, [obat/ kedokteran] dan lain lain misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.

RANCANGAN DESAIN APLIKASI “ SOIL DETECTION ”

·         Tujuan            : untuk mengidentifikasi adanya bahaya bencana alam khususnya tanah longsor. Mengidentifikasi wilayah yang rawan, mengidentifikasi seberapa besar bencana longsor yang akan datang, serta melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan komunitas korban bencana
·         Manfaat          : dengan dibuatnya sistem aplikasi berbasis SIG “soil detection” ini tentunya  dapat diaplikasikan untuk kegiatan preventif bencana alam khususnya tanah longosor, maka masyarakat akan sangat terbantu mengenai informasi yang dapat diperoleh dari sistem aplikasi tersebut. Evakuasi sebelum terjadinya bencana tanah longsor dapat dilakukan sehingga setidaknya tidak menelan korban, bahkan mungkin dapat dilaksanakan pencegahan bencana tanah longsor itu sendiri.
·         Sasaran          : sasaran yang diharapkan adalah masyarakat dapat menjadi manusia yang memahami alam atau lingkungan sekitar mereka, menjadi masyarakat yang lebih peduli dan mencintai lingkungan yang mereka tinggali, sehingga dengan masyarakat dapat memantau keadaan tanah dengan menggunakan sistem aplikasi ini












           
Alat ini menggunakan prinsip kelengasan tanah, ketepatan posisi tanah, dan kepadatan tanah di lingkungan sekitar alat soil detection ini. Kemudian informasi yang dicatat oleh alat tersebut dikirim melalui internet ke smartphone melalui aplikasi serupa. Masyarakat dapat memilih tindakan apa yang dilakukan setelah medapatkan informasi dari aplikasi tersebut. Entah melakukan kegiatan preventif bersama sehingga tidak sampai terjadi longsor yang tidak diinginkan.
Perancangan teknologi Soil Detection memiliki beberapa komponen pendukung. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Hardware
Hardware atau perangkat keras pada alat ini merupakan alat pendeteksi kepadatan tanah, sensor, dan sambungan internet.
2.    Software
Software yang digunakan yaitu berupa aplikasi yang dapat diinstal melalui smartphone yang terhubung langsung dengan alat yang ada di lahan.
3.    Data
Data yang diperoleh alat ini berupa hasil scan atau hasil pindai dari sensor terkait soil detection. Data ini dapat dikim langsung kepada pemilik lahan serta dapat disimpan pada smartphone itu sendiri.
4.    Manusia
Manusia merupakan subjek atau pelaku dalam pengoprasian alat ini. Hal tersebut dikarenakan semua perintah dikim atau dibuat oleh manusia.
5.    Metode
Metode yang digunakan adalah romote sensing dengan memanfaatkan kemampuan memindai suatu sensor pada lahan. Dan dilanjutkan dengan pengiriman hasil pindaian kepada aplikasi smartphone. 

SUMBER REFERENSI : 
http://bpbd.probolinggokab.go.id/id/berita/pemanfaatan-sig-system-information-geografis-untuk-mitigasi-bencana/