Selasa, 12 September 2017



SATUAN GEOMORFOLOGI

Geomorfologi  

        Satuan geomorfologi morfometri yaitu pembagian kenampakan geomorfologi yang didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel 1) dan dalam penentuan pewarnaannya menggunakan klasifikasi bentukan asal berdasarkan van Zuidam (1983) (Tabel 2). Berdasarkan hal itu, untuk setiap satuan dicantumkan kode huruf, untuk sub satuan dengan penambahan angka dibelakang. Untuk klasifikasi unit Geomorfologi berdasarkan bentuklahan dalam penelitian ini membahas 4 klasifikasi unit geomorfologi yaitu : bentuklahan asal Denudasional (Tabel 3), Karst (Tabel 4), Struktural (Tabel 5) dan Fluvial (Tabel 6).

Tabel 1 Klasifikasi relief berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (van Zuidam-Cancelado, 1979)

No

Relief
Kemiringan
Lereng ( % )
Beda Tinggi
( m )
1
Topografi dataran
0 – 2
< 5
2
Topografi bergelombang lemah
3 – 7
5 – 50
3
Topografi bergelombang lemah kuat
8 – 13
25 – 75
4
Topografi bergelombang kuat perbukitan
14 – 20
50 – 200
5
Topografi perbukitan  tersayat kuat
21 – 55
200 – 500
6
Topografi tersayat kuat pegunungan
56 – 140
500 – 1000
7
Topografi pegunungan
> 140
> 1000


Tabel 2 Klasifikasi bentukan asal berdasarkan genesa dan sistem pewarnaan (van Zuidam, 1983).

No
Genesa
Pewarnaan
1
Denudasional (D)
Coklat
2
Struktural (S)
Ungu
3
Vulkanik (V)
Merah
4
Fluvial (F)
Biru muda
5
Marine (M)
Biru tua
6
Karst (K)
Orange
7
Glasial (G)
Biru muda
8
eolian (E)
Kuning

Tabel 3 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional,
(van Zuidam, 1983)

Kode
Unit
Karakteristik
D1
Denudational slopes and hills
Lereng landai-curam menengah (topografi bergelombang kuat), tersayat lemah-menengah.
D2
Denudational slopes and hills
Lereng curam menengah-curam (topografi ber-gelombang kuat-berbukit), tersayat menengah tajam.
D3
Denudational hills and mountain
Lereng berbukit curam-sangat curam hingga topografi pegunungan, tersayat menengah tajam.
D4
Residual hills
Lereng berbukit curam-sangat curam, tersayat menengah. Monadnocks : memanjang, curam, bentukan yang tidak teratur.
D5
Paneplains
Hampir datar, topografi bergelombang kuat, tersayat lemah-menengah.
D6
Upwarped paneplains plateau
Hampir datar, topografi bergelombang kuat, tersayat lemah-menengah.
D7
Footslopes
Lereng relatif pendek, mendekati horisontal hingga landai, hampir datar, topografi berge-lombang normal-tersayat lemah
D8
Piedmonts
Lereng landai menengah, topografi berge-lombang kuat pada kaki atau perbukitan dan zona pegunungan yang terangkat, tersayat menengah.
D9
Scarps
Lereng curam-sangat curam, tersayat lemah-menengah.
D10
Scree slopes and fans
Landai-curam, tersayat lemah-menengah
D11
Area with several mass movement
Tidak teratur, lereng menengah curam, to-pografi bergelombang-berbukit, tersayat menengah (slides, slump, and flows).
D12
Badlands
Topografi dengan lereng curam-sangat curam, tersayat menengah.

Tabel 4 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal karst
(van Zuidam,1983)

Kode
Unit
Karakteristik
K1
Karst  Plateaus
Topografi bergelombang – bergelombang kuat dengan sedikit depresi hasil pelarutan dan lembah mengikuti kekar.
K2
Karst/Denudation Slope and Hills
Topografi dengan lereng menengah – curam, bergelombang kuat – berbukit, permukaan tak teratur dengan kemungkinan dijumpai lapis, depresi hasil pelarutan dan sedikit lembah kering.
K3
Karstic/Denudational Hills and Mountains
Topografi dengan lereng menengah sangat curam, berbukit, pegunungan, lapis, depresi hasil pelarutan,cliff, permukaan berbatu.
K4
Labyrint or Starkarst Zone
Topografi dengan lereng curam – sangat curam, permukaan sangat kasar dan tajam dan depresi hasil pelarutan yang tak teratur.
K5
Conical Karst Zone
Topografi dengan lereng menengah – sangat curam, bergelombang kuat – berbukit, perbukitan membundar bentuk conic & pepino & depresi polygonal (cockpits & glades).
K6
Tower Karst Hills or Hills Zone/Isolated Limestone Remnant
Perbukitan terisolir dengan lereng sangat curam – amat sangat curam (towers, hums, mogots atau haystacks).
K7
Karst Aluvium Plains
Topografi datar – hampir datar mengelilingi sisa batugamping terisolasi / zona perbukitan menara karst atau perbukitan normal atau terajam lemah.
K8
Karst Border/Marginal Plain
Lereng hampir datar – landai, terajam dan jarang atau sangat jarang banjir.
K9
Major Uvala/Glades
Sering ditamukan depresi polygonal atau hasil pelarutan dengan tepi lereng curam menengah – curam, jarang banjir.
K10
Poljes
Bentuk depresi memanjang dan luas, sering berkembang pada sesar dan kontak litologi, sering banjir oleh air sungai, air hujan & mata air karst.
K11
DryValleys (Major)
Lembah dengan lereng landai curam – menengah, sering dijumpai sisi lembah yang curam – sangat curam, depresi hasil pelarutan (ponors) dapat muncul.
K12
Karst Canyons/Collapsed Valleys
Lembah berlereng landai curam – menengah dengan sisi lembah sangat curam – teramat curam, dasar lembah tak teratur dan jembatan dapat terbentuk.

Tabel 5. Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal struktural (Van Zuidam, 1983).

Kode
Unit
Karakteristik
S 1
Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat dengan pola aliran berhubungan dengan kekar,  dan patahan
Tersayat
S 2
Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat dengan pola aliran berkaitan dengan singkapan batuan berlapis
Berbentuk liniear
S 3
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola aliran berkaitan dengan kekar dan patahan
Tersayat kuat
S 4
Topografi perbukitan hingga pegunungan denganpola aliran berkaitan dengan singkapan batuan berlapis
Berbentuk liniear, tersayat kuat
S 5
Mesag/dataran tinggi dikontrol struktur
Topografi datar hingga bergelombang lemah di atas plateau dan perbukitan di bagian tebing

S 6
Cuestas
Bergelombang lemah di bagian lereng belakang dan perbukitan pada lereng depan. Tersayat lemah.
S 7
Hogbacks dan flatirons
Tinggian berupa topografi perbukitan tersayat.
S 8
Structural denudational terraces
Topografi bergelombang lemah hingga perbukitan. Tersayat.
S 9
Perbukitan antiklin dan sinklin
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
S 10
kubah/perbukitan sisa
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
S 11
Dykes
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan. Tersayat.
S 12
Tebing sesar
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan. Tersayat.
S 13
Depresi graben
Topografi bergelombang lemah hingga bergelombang kuat.
S 14
Tinggian Horst
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.

Tabel 6 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial
(van Zuidam, 1983)   
      
Kode
Unit
Karakteristik
   F1
Rivers beds
Hampir datar, topografi teratur dengan garis batas permukaan air yang bervariasi mengalami erosi dan bagian yang terakumulasi.
   F2
Lakes
Tubuh air.
   F3
Flood plains
Hampir datar, topografi tidak teratur, banjir musiman.
   F4
Fluvial levees, alluvial ridges and point bar
Topografi dengan lereng landai, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial.
   F5
Swamps, fluvial basin
Topografi landai-hampir landai (swamps, tree vege-tation)
   F6
Fluvial terraces
Topografi dengan lereng hampir datar-landai, tersayat lemah-menengah.
   F7
Active alluvial fans
Lereng landai-curam menengah, biasanya banjir dan berhubungan dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial.
   F8
Inactive alluvial fans
Lereng curam-landai menengah, jara ng banjir dan pada umumnya tersayat lemah-menengah.
   F9      Fluvial-deltaic
Topografi datar tidak teratur lemah, oleh karena banjir dan peninggian dasar oleh fluvial, dan pengaruh marine.


            Menurut pemahaman saya , Satuan Geomorfologi merupakan bentuk-bentuk pada permukaan yang dihasilkan oleh peristiwa-peristiwa geomorfik berdasarkan kesamaan dalam bentuk dan pola aliran sungai dapat dikelompokkan ke dalam satuan yang sama. Tujuan dari pengelompokkan ini adalah untuk dapat memisahkan daerah konstruksional dengan daerah detruksional. Kemudian masing-masing satuan dapat dibagi lagi menjadi subsatuan berdasarkan struktur dan tahapan (untuk konstruksional) serta berdasarkan deposisional (untuk destruksional).

·         Sungai
Aliran sungai terbentuk oleh adanya aliran air hujan, es di kkutub yang telah mencair, maupun berasal dari mata air. Sungai juga mengalami tahapan geomorfik seperti periode muda, dewasa, dan juga tua. 

·         Dataran dan Plateau
Dataran maupun plateu merupakan wilayah – wilayah yang mempunyai bnetuk atau konstruksi datar atau membentang horizontal. Dataran memiliki konstruksi dengan relief yang rendah seperti adanya lembah dangkal. Sedangkan Plateau mempunyai relief yang tinggi dengan adanya lembah yang dalam. Secara umum beberapa jenis dataran, antara lain :
*      Dataran pantai (coostal plains) yang terbentuk oleh timbulnya dasar laut
*      Interior plains, yang mirip dengan dataran pantai tetapi yang terletak sudah jauh dari laut
*      Dataran danau (lake plains), terbentuk oleh timbulnya dasar danau karena pengeringan danau
*      Dataran lava (lava plains) dan plateau lava (lava plateau), terbentuk oleh aliran lava encer
*      Dataran endapan glasial (till plains), terdiri dari endapan glacial yang menutupi topografi tidak rata
*      Dataran aluvial (alluvial plains), yang terbentuk dari endapan aluvial dari kipas aluvial di kaki pegunungan hingga jauh ke dataran banjir dan dataran pantai.

·         Pegunungan kubah (dome mountains)
Kubah diartikan sebagai struktur dari suatu daerah yang luas dengan sifat lipatan regional dengan sudut kemiringan yang kecil. Ada beberapa sebab terjadinya kubah, antara lain oleh intrusi garam atau diapir, intrusi lakolit, dan intrusi batuan beku seperti batolit.

Gambar 1. Sktesa bentuk morfologi hogback
Hogback merupakan punggungan dengan lapisan miring yang merupakan salah satu komponen pembentuk pegunungan kubah.

·         Pegunungan Lipatan (Folded Mountains)
Pegunungan Lipatan merupakan pegunungan dengan struktur lipatan yang tidak rumit. Daerah pegunungan lipatan umumnya berbukit-bukit terjal, dengan lembah-lembah yang panjang, adanya perulangan antara lembah lebar dan lembah sempit akibat perbedaan kekerasan batuan, adanya gawir terjal dan pegunungan landai pada hogbacks atau homoclinal ridges.
Daerah pegunungan lipatan yang terdiri dari batuan-batuan sedimen sering pula mengandung nilai-nilai ekonomis seperti batu gamping, batu lempung, batu pasir kuarsa, gipsum, dan sebagainya.

·         Pegunungan Patahan (Block Mountains)
Pegunungan ini merupakan hasil deformasi oleh sesar. Pada tahapan muda pegunungan patahan memperlihatkan gawir-gawir terjal yang memisahkan antara satu blok pegunungan dengan blok yang lain atau antara blok pegunungan dengan blok lembah. Umumnya bidang gawir tajam relatif rata, belum tersayat oleh lembah-lembah. Bentuk blok dapat persegi, berundak, atau membaji tergantung kepada pola sesar.

Gambar 2.
Sketsa proses geomorfik pada pegunungan patahan

·         GunungApi
Pertumbuhan gunung api merupakan salah satu dari bentuk konstruksional, dimana pembentukannya dapat terjadi melalui letusan, longsoran, injeksi kubah lava, dan sebagainya diselingi dengan erosi. Pada umumnya proses erosi berjalan lebih lambat dari proses pembentukan gunung api (Gambar 10). Disamping itu gunung api dapat pula mengalami proses konstruksi lain seperti sesar dan lipatan.

SUMBER :

DASAR%20GEOMORFOLOGI%20%E2%80%93%202.%20Satuan%20Morfologi%20_%20Wingman%20Arrows.html
file:///D:/UPN%20VETERAN%20JATIM/SEMESTER%205
/GEOMORFOLOGI%20DAN%20KLASIFIKASI%20TANAH/DASAR-DASAR%20GEOMORFOLOGI%20%E2%80%93%202.%20Satuan%20Morfologi%20_%20Wingman%20Arrows.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar